Sabtu, 09 Mei 2009

MEDIA COVERAGE MEI 2009

Radar Jember [ Minggu, 03 Mei 2009 ]
Bila Warga Jember Berapresiasi di Hari Pendidikan Nasional
Baca Puisi di Gedung Dewan, Sindir Program Buta Aksara Banyak cara untuk memperingati hari pendidikan nasional. Salah satunya dilakukan aktivis Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember, yang memilih melakukan aksi membaca puisi sambil berdiskusi tentang kondisi pendidikan dari pada mengikuti upacara. Apa saja pesan yang hendak disampaikan?Elita Sitorini, Jember
----------------------------------------------------------------------- -------------------------
Seorang wanita berjilbab putih mengambil megaphone yang disodorkan rekannya. Kemudian beranjak dan berdiri sambil mendekatkan megaphone ke mulutnya. Dia mulai membacakan puisi-puisi karya Slamet Adinoto, seorang pria yang sudah berusia 71 tahun. Dengan berapi-api, perempuan berjilbab itu membacakan puisi yang berisi keluhan rakyat kecil pada pemerintah dan negara, yang sarat korupsi ini. Sementara itu, Slamet Adinoto, sang pembuat puisi, duduk bersila dan menyimak dengan serius. Ketika tiba gilirannya membacakan puisi, dengan cekatan, dia langsung berdiri dan membaca dengan suara lantang. Bapak dua anak kelahiran Kalisat tahun 1937 ini memang bukan seniman tulen. Dia juga bukan sastrawan, hanya orang biasa yang memiliki semangat dan tekad membantu generasi muda, terutama perempuan.Tidak heran, di antara belasan aktivis GPP yang hadir saat itu, dia menjadi satu-satunya pria. "Ibu dan istri saya perempuan. Dan mereka sangat berjasa buat saya. Jadi saya memilih bergabung dengan adik-adik GPP," katanya.Dalam kesempatan itu, dia dan aktivis GPP menyampaikan bahwa peringatan hari pendidikan nasional, seharusnya tidak hanya diperingati dengan upacara. Masih banyak cara yang bisa ditempuh untuk memperingati hari pendidikan nasional dengan langkah kongkret. "Pemkab Jember mengatakan, Jember bebas buta aksara. Padahal masih belum," katanya.Keputusan pemkab untuk menyatakan bahwa Jember sudah bebas aksara, sangat disayangkan. Sebab, kondisi itu justru membuat pelayanan pendidikan pada masyarakat bawah jadi terhambat. Ini karena masyarakat seakan terlena dengan status bebas buta aksara tersebut. Padahal, pihaknya telah menemukan ratusan warga, khususnya perempuan yang masih buta aksara. Tidak hanya di kawasan pinggiran, tapi juga di kawasan kota, bahkan di kawasan kampus.Sebagai pusat pendidikan yang nantinya meluluskan elit intelektual, seharusnya kampus bisa menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat di sekitarnya. Faktanya, aktivis GPP menemukan sekitar 15 perempuan yang buta huruf. Di kawasan pinggiran, seperti di Desa Pace, Kecamatan Silo terdapat 100 perempuan buta huruf di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, terdapat 150 perempuan buta huruf dan di Dusun Gunungpasang, Desa Kemiri, Kecamatan Panti, terdapat 25 perempuan yang buta huruf."Mereka sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia. Hanya bisa bahasa Madura, angka juga tidak tahu," terang Sulis. Yang lebih memprihatinkan, sampai saat ini, tidak ada tindak lanjut dari Dispendik Jember. Program keaksaraan fungsional (KF) yang selama ini didengung-dengungkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, ternyata juga tidak menyentuh mereka.Padahal, peran mereka sebagai ibu rumah tangga menuntut kemampuan baca-tulis, untuk menjadi pembimbing bagi anak-anak. "Jika ibunya saja tidak bisa calistung (baca, tulis, dan berhitung), bagaimana anaknya," sambungnya. Kondisi ini, kata dia, seharusnya segera mendapat perhatian dari pemerintah dan tidak hanya sekedar mengagungkan penghargaan yang sudah diperoleh. Seharusnya, penghargaan yang diterima itu tidak membuat pemkab jumawa dan melupakan kepedulian untuk meningkatkan pendidikan, terutama bagi perempuan."Sungguh sangat disayangkan, dari sekian banyak kasus buta huruf, yang paling banyak persentasenya adalah perempuan," kata Sulis. Dan dari tahun ke tahun, belum ada perbaikan nasib yang signifikan. Padahal, sudah banyak penghargaan yang diterima, yang seharusnya benar-benar menjadi bukti bahwa di Jember memang bebas buta aksara. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar