Jumat, 01 Mei 2009

JURNAL GPP EDISI MEI 2009

Buta Huruf Undercover

Menyongsong hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei 2009, Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember melakukan penelusuran terhadap kondisi riil pendidikan perempuan di Jember. Dengan harapan, hasil penelusuran dapat menginspirasi para pengambil kebijakan di bidang pendidikan, serta semua pihak pemangku kepentingan untuk memperjuangkan kemajuan pendidikan perempuan.

Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Dan didalam UU Sisdiknas: Pasal 11 ayat (2) disebutkan pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun Pasal 12 ayat (1) huruf d menyatakan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 5 ayat (3) warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Pada tanggal 8 September 2008 Kabupaten Jember menerima penghargaan bidang pendidikan tingkat nasional yaitu Anugerah Aksara Tingkat Madya karena berhasil melakukan penuntasan buta aksara di usia produktif 15-44 th (Radar Jember,10 September 2008). Bahkan ketua DPRD Jember HM Madini Farouq telah mendeklarasikan Jember bebas buta aksara di alun-alun Kota Jember (Radar Jember, 13 Juli 2008). Dan di daerah kota pada akhir tahun 2008 bertebaran baliho dari Pemkab yg berbunyi “ Alhamdullilah Jember bebas buta huruf ”, dilengkapi dengan foto Bapak Bupati Jember.

Menurut data BPS, angka perempuan melek huruf di Jember tahun 2007 adalah 74.76, ini berarti bahwa 25,24 % dari jumlah perempuan di Jember adalah buta huruf.
Hasil penelusuran GPP menunjukkkan masih banyaknya penduduk Jember khususnya perempuan yang buta huruf. Para perempuan buta huruf ini rata-rata dalam usia produktif 15-45 th. Mereka tersebar tidak hanya dikantong-kantong kemiskinan dan buta huruf seperti yang dilansir oleh Pemkab namun menyebar di pedesaan, di perkotaan, bahkan di daerah sekitar Kampus Universitas Jember,

1. Daerah Pinggiran
Kecamatan Silo, Desa Pace, Dukuh Krajan Belit ditemukan lebih dari 100 perempuan buta huruf. Desa Panduman, Dukuh Sumber Candik ditemukan lebih dari 150 perempuan buta huruf
Desa Gunung Pasang, di sebuah dusun di temukan bahwa dari jumlah 80 orang perempaun yang tinggal di daerah tersebut 25 diantaranya buta huruf.

2. Daerah Pedesaan:Balung Kulon, di sebuah RT ditemukan 10 orang perempaun buta huruf
Desa Bagon Suling Kecamatan Puger, di sebuah RT ditemukan setidaknya 20 perempuan buta huruf
Desa Kasiyan Kulon Kecamatan Puger, di sebuah RW ditemukan setidaknya 25 perempaun buta huruf

3. Daerah Perkotaan
Di daerah seputar kampus Universitas Jember, di sebuah RT ditemukan 15 perempaun buta huruf



Yang juga memprihatinkan adalah bermunculanya kasus-kasus anak perempuan putus sekolah dikabupaten jember. Hasil penelusuran GPP di Silo dusun Krajan ditemukan 15 anak perempuan putus sekolah dasar, dan di daerah gunung pasang ditemukan 11 anak perempuan putus sekolah dasar

Banyaknya Perempuan buta huruf dan anak perempuan putus sekolah di Jember disebabkan karena:
1. Persoalan kemiskinan yang memaksa mereka bekerja dan tidak sekolah atau putus sekolah , karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.
2. Budaya patriarkhi di masyarakat, yang mendiskriminasikan perempuan, tidak memberi kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki dalam mengakses pendidikan. Perempuan dikondisikan untuk tidak sekolah atau berhenti sekolah agar dapat melakukan pekerjaan domestik sejak kecil, dinikahkan di usia dini
3. Pada daerah-daerah terpencil/ pinggiran perempuan buta huruf juga disebabkan karena jauhnya fasilitas pendidikan yang tersedia sehingga mereka tidak dapat mengakses pendidikan yang disediakan oleh pemerintah.
4. Sedangkan di daerah sekitar kampus dan kota disebabkan karena terpinggirkannya perempuan miskin dari fasilitas pendidikan biaya tinggi dan elitis. Kesenjangan ekonomi dan kecemburuan social mengakibatkan anak-anak dari keluarga miskin termarginalkan di sekolah
5. Kekerasan terhadap perempuan antara lain perkosaan, trafficking, kehamilan tidak diinginkan akibat perkosaan

Rekomendasi :
Untuk mereduksi jumlah perempuan buta huruf dan putus sekolah di Jember kami Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember merekomendasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember untuk:
1. Melakukan Penyempurnaan pelayanan publik dibidang pendidikan sehingga masyarakat bisa mengakses pendidikan dasar dengan mudah dan gratis.
2. Menyediakan layanan khusus pendidikan untuk daerah terpencil, misalnya dengan membentuk kelompok belajar jarak jauh.
3. Proaktif untuk penyelesaian kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang mengakibatkan terhalangnya hak perempuan memperoleh pendidikan.
4. Memaksimalkan program KF (keaksaraan fungsional).
5. Melakukan evaluasi program dan pengangaran di bidang pendidikan dan kemiskinan (BOS, PKH, KF), dengan melibatkan masyarakat
6. Melakukan upaya penyadaran kepada masyarakat akan hak dan pentingnya pendidikan bagi perempuan

Testimoni: Penyesalan perempuan pembuat rantang ikan.
Sumarti (45 th): saya tinggal di Puger, setiap hari saya bekerja mencari rumput untuk kambing dan sapi gaduhan. Selain itu saya bekerja membuat rantang ikan dari siang sampai malam. menghasilkan 100 rantang dan diupah Rp 7.500. Terpaksa haru sabar, karena tidak ada yg menerima saya sebagai pegawainya karena saya buta huruf. Saya dulu tidak sempat sekolah karena harus momong adik di rumah sementara ayah dan ibu ke sawah. Pernah suatu hari saya pergi ke kota Jember, ingin tahu ramainya kota. Ternyata saya kesasar dan bingung tidak tahu arah pulang. Karena saya hanya bisa bahasa Madura. Saya menyesal tidak bisa membaca tulisan di angkutan kota dan bis. Mau bertanya malu karena takut dianggap bodoh. Semoga anak cucu saya tidak mengalami nasib yg sama seperti saya. (diterjemahkan dari penuturannya kepada GPP dg bahasa Madura)


Volunteer Jurnal GPP edisi Mei 2009: Adinda Dwi, Ullia Farni Andhita, Siti Nur Hayati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar