Kamis, 02 April 2009

MEDIA COVERAGE MARET 2009

Radar Jember
[ Rabu, 11 Maret 2009 ]
Pemilih Perempuan Dianjurkan Selektif
JEMBER - Kalangan aktivis perempuan menilai, pelaksanaan kampanye pemilu yang sudah berjalan belum memberi pencerahan pada kaum perempuan. Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu proses pembodohan.Demikian hal yang mengemuka dalam diskusi tentang perempuan dan pemilu yang dilaksanakan Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember kemarin (10/3). Hadir pula dalam diskusi itu beberapa calon legislator (caleg) perempuan dan perwakilan dari organisasi perempuan di Jember.Dalam diskusi tersebut, Ketua GPP Jember Sri Sulistyani memaparkan hasil survei GPP Jember tentang pembodohan yang dilakukan partai politik dalam Pemilu 2009. "Menurut data KPU, pemilih perempuan itu jumlahnya lebih besar daripada jumlah pemilih laki-laki. Namun, kenyataannya dalam pemilu kali ini justru banyak praktik pembodohan perempuan," terangnya.Bentuk-bentuk pembodohan perempuan itu, lanjut dia, terdiri dari disorientasi proses sosialisasi politik. Dalam proses sosialisasi politik, para caleg justru tidak fokus pada penyampaian visi dan misi. Mereka malah asyik nampang dalam berbagai gaya. Selain itu, saat ini sedang terjadi tren pendomplengan tokoh oleh caleg.Selain itu, masih ada penyitiran ayat-ayat agama yang justru mendiskreditkan perempuan. Bahkan, ada caleg laki-laki yang menggunakan ayat untuk menjatuhkan caleg perempuan. "Mereka menggunakan ayat untuk menanamkan pandangan bahwa caleg laki-laki jauh lebih pantas daripada caleg perempuan. Ini terjadi di dapil Jember IV," ungkapnya.Tak cukup penggunaan ayat-ayat agama untuk mendiskreditkan caleg perempuan, Sulistyani menyatakan, terjadi pula intimidasi langsung pada caleg perempuan hingga intimidasi tim sukses caleg perempuan. "Karena itu, kami mengadakan diskusi ini untuk memberi informasi kepada perempuan di Jember agar tidak memilih caleg yang memojokkan perempuan, caleg yang tidak memiliki visi dan misi memajukan perempuan," ujarnya.Menanggapi pemaparan Sulistyani ini, salah seorang caleg dari Partai Demokrat Yat Kurniyati, mengatakan saat ini banyak caleg yang menggunakan berbagai cara agar berhasil menjadi wakil rakyat. "Memang banyak yang bermain uang. Saya sendiri termasuk caleg yang miskin. Jadi jelas tidak bisa bermain uang. Saya hanya bisa bekerja," terangnya.Kurangnya biaya selama masa kampanye ini, lanjut dia, akhirnya membuat banyak caleg perempuan yang potensial justru memilih untuk tidak mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Akibatnya, caleg perempuan yang saat ini bersaing kebanyakan belum dikenal dan belum diketahui kemampuannya.Sri Wahyuni, caleg dari PKPB, menambahkan tradisi menggunakan uang untuk memuluskan jalan menuju gedung parlemen kerap memberatkan perempuan. "Banyak teman saya tidak jadi mencalonkan diri gara-gara biayanya mahal. Saya sendiri berusaha tidak menggunakan cara seperti itu. Meski, konsekuensinya kalah bersaing, karena yang lain menggunakan uang semua," tukasnya.Karena itu, dia meminta GPP Jember untuk memfasilitasi para caleg perempuan dalam menyiapkan strategi untuk memenangkan caleg perempuan. Sekaligus memberikan edukasi kepada pemilih perempuan agar memilih caleg yang benar-benar berpihak pada perempuan. (lie)

Prosalina FM
Politisi Cenderung Korbankan Perempuan

Selasa, 10 Maret 2009
Politisi di Kabupaten Jember cenderung mengorbankan perempuan dalam Pemilu legislatif mendatang.
Demikian dipaparkan Ketua Gerakan Peduli Perempuan, GPP Jember, Sri Sulistiyani, dalam peringatan Hari Perempuan Sedunia “Siaran Pers Hasil Temuan GPP Tentang Penyimpangan Proses Pemilu” di gedung PEPABRI di Jalan Bengawan Solo.Sulis melihat, dalam proses politik terjadi praktek penggunaan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan ideom yang mendiskreditkan perempuan. Bahkan ada partai politik yang berdalih ajakan wisata religius untuk memobilisasi perempuan agar menghadiri kampanye partai tertentu. (Hafit)
TEMPO Interaktif
Diskreditkan Perempuan, Politisi Dikecam
Selasa, 10 Maret 2009 19:47 WIB
Jakarta:Aktifis perempuan yang tergabung dalam Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember, mengecam para politisi dan partai politik yang dinilai mulai mendiskreditkan perempuan menjelang pemilu legislatif. "Dalam dua pekan terakhir, kami menemukan banyak politisi dan parpol yang mengorbankan kaum perempuan," kata GPP Jember, Sri Sulistiyani, dalam “Siaran Pers Hasil Temuan GPP Tentang Penyimpangan Proses Pemilu”, Selasa (10/3).Acara sosialisasi dan kampanye yang dilakukan para politisi selama ini, kata dia, banyak yang mendiskreditkan kaum perempuan. Ini, kata dia, bisa dilihat dalam beragam bentuk, seperti ajakan politisi laki-laki untuk tidak memilih calon legislator perempuan dengan menggunakan ayat-ayat suci Al Qur'an. "Ada juga ajakan wisata religius untuk memobilisasi perempuan agar menghadiri kampanye partai tertentu," katanya.GPP berharap, Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas memberikan peringataka keras dan sanksi tegas bagi para politisi yang dinilai telah mendiskreditkan dan mengorbankan kaum perempuan.Berdasarkan hasil penelitian GPP terhadap berkas calon legislator partai politik, hanya 23,5 persen partai yang memenuhi kuota perempuan. MAHBUB DJUNAIDY
KISS FM
Gpp Nilai Mayoritas Caleg Lakukan Pembodohan Terhadap Perempuan
10 March 2009 9 views No Comment
Mayoritas caleg lakukan pembodohan terhadap perempuan. Hal ini disampaikan ketua dewan pengurus Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember Sri Sulistiani Selasa siang. Bahkan menurut Sulis,/ ada beberapa caleg yang sampai melakukan intimidasi kepada caleg perempuan agar muncur dari pencalonannya.
Menurut Sulis, pemilu seharusnya menjadi ajang pendidikan politik bagi masyarakat. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, para caleg menggunakan segala cara untuk meraup suara sebanyak-banyaknya, meski dengan cara yang tidak baik seperti menipu calon pemilih perempuan.
Sulis mencontohkan, salah satu caleg mengumpulkan para ibu-ibu rumah tangga untuk diajak ziarah ke makam wali. Namun nyatanya, sesampai di Surabaya mereka bukan diajak ziarah wali, tetapi dikumpulkan di sebuah lapangan bersama rombongan dari kabupaten lain untuk mengikuti kampanye. Sayangnya Sulis tidak bersedia menyebutkan nama caleg ataupun parpolnya, karena bukti-buktinya akan diserahkan kepada Panwas.
Dengan banyaknya temuan terkait persoalan ini, GPP berencana merekomendasikan kepada Panwas dan KPUD Jember, agar caleg ataupun parpol yang bersangkutan di proses sesuai aturan.
Sulis menghimbau kepada pemilih perempuan, agar memilih calon legislatif yang sudah dikenal sebelumnya, memiliki komitmen dan kualitas yang dinilai baik. jangan sampai memilih caleg yang pandai mengumbar janji, karena biasanya menurut Sulis caleg seperti ini tidak mampu mengemban amanat rakyat.
DUTA MASYARAKAT
Jatim Utama, Sabtu, 14 Maret 2009
Partisipasi Perempuan Tinggi
JEMBER- Partisipasi perempuan terhadap even demokrasi lima tahunan di Kabupaten Jember relatif menggembirakan. Mengingat, jumlah pemilih perempuan di kabupaten yang saat ini dipimpin Bupati MZA Djalal, dalam pileg kali ini mencapai 60 persen dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT).Anggota Divisi Pemutakhiran Data KPUD Jember, Hanan Kukuh Ratmono, mengatakan jumlah DPT Kabupaten Jember sebanyak 1.678.442 pemilih, 855.102 pemilih di antaranya adalah perempuan. Jika diprosentase mencapai 60 persen.�Hampir seluruh daerah pemilihan (dapil) di Kabupaten Jember jumlah pemilih perempuannya mencapai 60 persen,� jelas Hanan.Menurut dia, di Kabupaten Jember ada enam dapil. Dari lima dapil jumlah pemilih perempuannya 60 persen. Sementara, satu dapil yang tersisa jumlah pemilih perempuannya mencapai 45 persen dibandingkan pemilih laki-laki.�Setiap pemilu di Jember, jumlah pemilih perempuan lebih banyak. Pemilihan Gubernur Jatim Nopember tahun 2008, jumlah pemilih perempuan juga mencapai 60 persen,� tandasnya.Sementara itu, aktivis Gerakan Peduli Perempuan Jember, Ema Kemalawati, menuturkan, banyak partai politik (parpol) yang tidak peduli dengan pemilih perempuan di Jember, karena kaum perempuan didiskreditkan dalam pemilu.Sayangnya, imbuh dia, parpol jarang memberikan pendidikan politik kepada pemilih perempuan. Dan, pada saat kampanye ada kecenderungan perempuan hanya dijadikan alat untuk menarik massa. Menurut dia, saat ini banyak kaum perempuan yang tidak diberi kesempatan untuk duduk menjadi anggota DPR RI, DPRD Jatim dan DPRD Jember.Data di KPUD Jember tercatat 17 partai politik yang memenuhi kuota 30 persen perempuan dari total 34 partai peserta pemilu yang ada. Untuk itu, dia berharap banyaknya pemilih perempuan di Jember dapat menjadi aspirasi para caleg untuk memberdayakan kaum perempuan, terkait dengan pendidikan politik dan sektor ekonomi. (hh)

PORTA BERITA JATIM
Selasa, 10/03/2009 21:37 WIB
Caleg Bodohi Perempuan
Reporter : A Wirawan
Jember - Gerakan Peduli Perempuan mengecam sebagian calon anggota legislatif yang membodohi kaum perempuan. Hal ini dikemukakan Ketua GPP Jember Sri Sulistyani, Selasa (10/3/2009). Sebagian caleg tak segan-segan memanfaatkan calon pemilih perempuan. "Pemilu seharusnya jadi proses untuk kehidupan bangsa. Namun justru dimanfaatkan untuk membodohkan perempuan. Kami akan rekomendasikan temuan kami ke Panwaslu," kata Sulistyani. GPP menemukan adanya indikasi intimidasi terhadap caleg perempuan. Tujuannya, tentu saja agar semangat caleg perempuan ini kendor dan mundur teratur dari medan pertempuran politik pemili. Ada lagi 'penipuan' yang ditemukan GPP. Sulistyani mengatakan, ada caleg yang mengoordinasi ibu rumah tangga untuk berziarah ke makam wali. Namun ternyata, para ibu ini bukannya ziarah ke makam wali, malah dikumpulkan di sebuah kabupaten untuk mengikuti kampanye caleg tersebut. Sulistyani mendesak kepada Panitia Pengawas Pemilu maupun Komisi Pemilihan Umum untuk bergerak menindaklanjuti laporan GPP. GPP menyerukan kepada semua pihak untuk tidak memilih caleg yang hanya bisa berjanji. [wir]

1 komentar: