Rabu, 09 September 2009

MEDIA COVERAGE AGUSTUS 2009

Beritajatim.com/ 21 Agustus 2009

Pelantikan DPRD Jember Dikepung Massa

Reporter : Oryza A. Wirawan

Jember (beritajatim.com) - Pelantikan anggota DPRD Jember periode 2009-2014, Jumat (21/8/2009), diwarnai aksi unjuk rasa mahasiswa. Puluhan aktivis mahasiswa dari berbagai organisasi mengepung gedung DPRD setempat.

Para mahasiswa berasal dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Sejumlah perwakilan organisasi massa dari NU,
Gerakan Peduli Perempuan, Alam Hijau, dan beberapa organisasi lainnya ikut berkoalsi dalam Gerakan Rakyat Anti Tambang.

Aksi mahasiswa ini membuat petugas kepolisian bekerja ekstra keras. Dua kelompok aksi mahasiswa dipisah dengan pagar besi. Akibat pelantikan DPRD, Jalan Bengawan Solo ditutup total, dan arus lalu lintas dialihkan. [wir]


Duta Masyarakat/ 22 Agustus 2009

Tambang Silo, luka rakyat yang tak pernah kering

jurnalbesuki.com/ 21 Agustus 2009

Konsorsium LSM Bersatu “Tolak” Pembentukan Tim Independen TambanG


Persoalan tambang Silo, yang berada di Kecamatan Silo, Jember, seakan tak pernah ada habisnya untuk selalu didengungkan oleh mereka-mereka yang peduli lingkungan.

Polemik yang disinyalir akibat permainan para pe-nguasa dengan dalih pembentukan tim independen tambang ini semakin memicu kemarahan masyarakat. Tambang mangan Silo ibaratnya luka masyarakat yang semakin hari semakin mera-dang. Stimulan khusus untuk mengobati luka-luka itu hanyalah janji-janji semu yang tak pernah ditepati.

Bertepatan dengan berlang-sungnya prosesi pelantikan Anggota DPRD Kabupaten Jember masa bakti 2009-2014, koalisi anggota LSM dan ormas mahasiswa Jember yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Anti Tambang (Garang), melakukan aksi penolakan tim independen tambang, kemarin.

Aksi dimulai dari kawasan double way Unej menuju ke kantor DPRD Jember.
Sepanjang perjalanan, aksi diramaikan oleh kelompok drumband dari SMK Sunan Ampel Sukorambi yang mengiringi orasi. Tak kalah seru, sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam GPP (Gerakan Peduli Perempuan) memakai kebaya dan membawa payung yang bertuliskan tentang penolakan tambang.

Aksi tersebut merupakan pernyataan sikap dari Garang berkaitan dengan terbentuknya Tim Independensi Tambang yang diprakarsai oleh Ketua DPRD Jember beserta Komisi B, Kepala Disperindag, Bupati Jember dan ESDM Kabupaten Jember yang disinyalir tidak memiliki dasar hukum dan tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Menurut Dainuri, perwakilan aksi dari HAMIM, tim independen yang terbentuk kali ini telah menetapkan alokasi anggaran sebesar Rp. 250 juta untuk suatu tujuan yang tidak memiliki landasan hukum. Hal tersebut membuat sebagian besar masyarakat, LSM lingkungan dan kalangan mahasiswa meradang. “Kita menuntut tim pengadilan, kejaksaan dan kepolisian untuk segera mengusut permasalahan tersebut” tegas Dainuri.

“Kita ada tim pengkaji yang menangani masalah Silo. Tim pengkajinya sendiri dari Unej, ahli geologi, dan ahli lingkungan hidup. Kalau masalah tambang, kita masih menunggu hasil kesepakatan dari tim pengkaji tersebut. Sesuai kesepakatan, jika nantinya tim pengkaji memutuskan Silo tidak bisa ditambang, maka konsekuensinya semua pihak harus menghentikan semua penambangan”, ungkap Hariyanto, Kepala Disperindag, yang ditemui usai prosesi pelantikan anggota dewan. (Zuhana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar