Minggu, 16 Agustus 2015

SEMANGAT 45. Oleh: Ria Angin

Setiap menjelang peringatan hari kemerdekaan nasional tanggal 17 Agustus, setiap kantor pemerintah ataupun swasta memasang baliho yang berisi tulisan: “Dirgahayu kemerdekaan Indonesia”, “HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 60 “ dan lain-lain. Selain itu, ada pula baliho yang menyertakan kata-kata: “.......dengan semangat empat lima, mari kita tingkatkan kinerja pegawai”. Kata-kata “dengan semangat empat lima” inilah yang menarik perhatian saya, selaku warga kota. Untuk siapa sebenarnya tulisan itu? Apa pula maksudnya? Bukankah pembaca baner ini sebagian besar warga kota yang tidak pernah hidup di tahun empat lima....jadi bagaimana warga kota memahami semangat empat lima ini. Kalau pun toh ada warga kota yang mengalami hidup di tahun itu, pasti mereka tidak mungkin membacanya karena sangat besar kemungkinan mereka sudah sangat “sepuh” sekali bahkan mungkin sudah ada yang tergolek sakit. Dengan usia selanjut itu, mereka tidak mungkin berada di jalan-jalan hanya untuk menikmati tulisan itu. Ada atau tidak ada tulisan, tidak ada pengaruhnya untuk mereka. Kalau begitu, tulisan dalam baner itu untuk siapa? Sudah tentu, para warga kota yang dipastikan tidak pernah mengalami jaman heroik di tahun 1945. Sayapun sedikit mengamati warga kota yang melintasi kantor yang memasang baner dengan tulisan “semangat empat lima”. Lalu datanglah seorang perempuan pedagang belanja yang biasa mangkal di depan kantor tersebut. Ketika sedang manata dagangannya, sayapun bertanya kepadanya:” Mak,....pean ngerte apa artenya semangat empak lema koyo ndek tolisan neka” Si emak pedagang belanja itu senyum-senyum:.”tak ngartelah, tak bisa baca.nduk”. Waduh, Tapi iki penting mak..... Si emak berkata lagi:”lek emak sing penting dagangan laris nduk.....mau tujuh belasan mau lainne Mak e sak karep. Kata saya selanjutnya, “lho kok sak karep.....,” tanya saya sambil memilih-milih sayuran. “Lha mak e tak ngerti....empak lema....mak e belum lair...yok opo nduk...jare wong tuwo-tuwo jaman empak lema...jaman soro... ....jaman perang ....lha saiki wis gak onok perang lha po kok wong di kon perang maneh.......” Saya manggut-manggut mendengarkan logika berfikirnya. Tahun 1945 bangsa kita mengusir penjajah dari bangsa lain untuk merdeka. Saat ini dengan semangat 45 kita mengusir penjajah yang bernama korupsi, kekerasan terhadap perempuan dan anak, pelanggaran ham, penistaan atas nama suku dan agama/ keyakinan, kecurangan2 atas nama uang dan golongan, yang dilakukan oleh saudara bangsa kita sendiri bahkan oleh kita sendiri. Sudahkah diri kita sendiri merdeka? Dengan semangat 45 ayo kita berjuang untuk kemerdekaan kehidupan bangsa kita yang lebih bermartabat. Merdeka!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar